Minggu, 23 Februari 2020

Menjadi Pemimpin


setiap manusia yang terlahir ditakdirkan menjadi seorang pemimpin. siapapun itu tanpa terkecuali, mau itu simiskin atau sikaya, yang punya jabatan maupun tidak, semuanya harus bisa menjadi seorang pemimpin. Minimal memimpin diri sendiri saja, seperti mengatur waktu, menjaga kesehatan, membangun relationship. Jika kita sudah bisa melakukan semua itu berarti kita telah menjadi seorang pemimpin yang baik dalam memimpin diri kita sendiri.

Namun nyatanya mengatur semua itu tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan. Sebab semua hal yang telah kita atur dan rencanakan  biasanya berubah menjadi berantakan akibat dari karakter yang telah terbentuk selama bertahun tahun seperti menunda nunda pekerjaan, mengaku karya orang lain menjadi karya kita, dan juga sikap malas.

Karakter sendiri awal mulanya terbentuk dari pikiran, yang kemudian berubah menjadi perkataan. Dari perkataan itulah berubah menjadi tingkah laku dan jika hal itu terus dilakukan maka akan menjadi sebuah kebiasaan. Dan kebiasaan inilah yang terus berulang selama bertahun tahun yang pada akhirnya menjadi sebuah karakter. Dan karakter ini yang akan menentukan nasibmu kedepannya. Sebab jika sudah menjadi karakter bukannya tidak bisa dirubah, tapi akan sulit. Dan akan lebih sulit lagi jika umurmu telah mencapai 40 tahun. Maka dititik sanalah semua karakter yang sudah ada dalam diri kita akan menjadi permanen, dan peluang untuk merubahnya sangatlah kecil, hanya  sekitar 0,00001 persen.

Dengan begitu kita dapat mengetahui bahwa musuh terbesar bagi diri kita adalah diri kita sendiri, dan yang bisa melawannyapun hanyalah diri kita.

“ayah, ibu, teman-temanmu  tak dapat menghentikanmu, tapi diri kamu sendiri yang dapat menghentikanmu”

Sabtu, 22 Februari 2020

Menjadi Lebih Baik


Ingin rasanya, disetiap detik perjalanan hidup kita dipenuhi dengan kebaikan, memberikan kebermanfaatan kepada orang lain. Namun seolah jatuh kelubang yang sama yang pada akhirnya kita melakukan kesalahan yang sama berulang kali. Mungkin diri kita telah bertekad, namun hasil akhirnya tetap sama yang pada akhirnya kita berada pada zona keputusasaan. Dizona ini kita tidak tahu lagi apa yang harus diperbuat. Seakan semua pintu yang ada telah tertutup rapat. Dan yang kita rasakan sekan didalam sebuah penjara yang tidak ada celah sedikit pun, bahkan celah untuk sinar matahari masuk. Walaupun sebenarnya penjara itu hanya ada dalam hati kita, namun semua itu mempengaruhi kehidupan kita.

Kesalahan kita adalah terlalu terfokus pada kesalahan yang telah lalu dan memikirkannya terus menerus, yang pada akhirnya berharap agar waktu terulang dan dapat memilih jalan yang menurut kita lebih baik. Saya sendiri teringat pada sebuah buku yang berjudul “seni bersikap bodo amat”. Mungkin kata bodo amat kita perlukan agar kita berani untuk menjalani kehidupan kedepannya, berani untuk menyusun strategi kembali untuk mencapai semua goal. Dan satu hal lagi yang sangat penting dan jangan dilupakan yaitu libatkan Allah untuk segala urusan yang kita perbuat, dengan begitu yakinlah dan teguhkan hati kita, maka bukan setiap detik lagi, namun setiap hembusan napas kita akan dipenuhi dengan kebaikan.